Minggu, 26 Januari 2014

Contoh Kritik Sastra Cerpen

Zombie and Plant
Pukul 20.00 WIB. Penyelidikan di rumah tersangka pencurian…
“Ah!!! Itu pencurinya!!! Tangkaaappp!!!”
Teriakan ala suku mongol ini berasal dari seorang kawanku yang bernama Meranti. Perlu penjelasan lebih lanjut bahwa kami kini sedang berada di koordinat S (4,5) yang merupakan letak dari rumah musuh bebuyutan Ranti, laki-laki penggemar game Zombie vs Plants? Dae. Jarak rumah Dae dan Ranti sebetulnya hanya dipisahkan oleh rumahku. Setiap mereka bertengkar, aku yang selalu jadi mikrofonnya, jadi kurir pengantar pesan berisi makian-makian yang menyebalkan. Intinya, aku adalah korban dari perang mereka berdua. Huh, sialnya…
Kawan, mengapa aku bisa terjebak di rumah Dae bersama perintah-perintah penggempuran area perang ini? Yah, sebabnya adalah karena pagi tadi, black forest yang dibeli dengan tumpahan air liur Ranti, hilang lenyap secara tiba-tiba seperti ditelan bumi! Tim intel kami menelusuri kejadian perkara dan sampailah pada tersangka utama yaitu Dae, si pemamah biak.
“Hancurkan pasokan pangan!!!” perintahnya. Lagi-lagi aku harus terlibat hal-hal konyol dengan mereka. Dae mengamankan daerah persediaan makanan (baca: kulkas). Kucingnya yang berwarna oranye membuntuti dari belakang.
“Nnnnggg… aku nggak nyuri black forestmu. Si Mera ini yang minta.” Dae menunjuk kucingnya yang mengeong-ngeong gembira. “Ya, kanMera?” Kucing betina oranye ini bernama Meranti. Ini juga ide dari si Dae untuk mencari gara-gara dengan Ranti asli.
“Hah!! Nggak ada gencatan senjata!! Serahkan seluruh pasokan makananmu!!”
Dae tiba-tiba memakai kostum Zombie. “Nggak bisa!! Now, Zombie eats your brain…”
Yeah, kalian pasti penasaran makhluk seperti apa Dae ini. Dia itu maniak Zombie. Kamarnya penuh dengan poster Zombie vs. Plant, dia mengoleksi kostum zombie (padahal cuma baju compang-camping), di bagian belakang kamarnya terpajang gambar nisan tiga dimensi dari sterofoam, dan masih banyak hal-hal tak terduga dari makhluk titisan zombie ini.
“Kekuatan duri bunga mawar dan sulur-sulur tumbuhan liar!! Hancurkan zombie!!”
Hhhh… setelah ini, gempa pasti mengguncang seisi rumah dengan skala 5 richter. Aku harus mengevakuasi diri dari radius 5 km. Kalau Ranti memulai perang, imajinasinya terbang kemana-mana. Segala konsep alam di keluarkannya. Meranti ini adalah seorang pecinta alam dan aku adalah anak dari seorang pemilik toko bunga. Kami sering menanam bunga bersama-sama, dan si zombie ini sering mengacaukan mood kami.
“Aku buat senjata dari tulang zombie!! Huahahaha!!”
“Getah karet perangkap!!”
“Jurus bau badan zombie!! Apa kau bisa menghindari ini haaahh?”
“Perlindungan dari wangi melati…!!”
Pertarungan ini berlangsung hingga pukul lima pagi. Di luar dugaan, mereka mulai melempar-lempar kertas, panah-panah api berjatuhan. Parahnya lagi, rumah di sebelah Dae terbakar. Tunggu. Apaaa!!!??? Itu rumahku!!
“Stoooppp!! Kalian membuat bangkrut keluargaku!! Toko bungaku terbakar… tidaaakkk!!! Segera hentikan perang ini dan mulailah kerja bakti!! Tanam kembali semua bunga-bungaku! Bereskan sampah-sampah kalian!! Huh! Dasar!”
Mereka berdua ternganga “Haaah??”
Pukul enam pagi bola-bola kertas sudah terkumpul rapi dan rencananya akan dibuat daur ulang. Pot-pot bunga disiapkan dan mereka dengan rajinnya mengisi berbagai macam bunga dalam pot-pot itu. Tidak ada pertengkaran. Tidak ada perang. Tanpa diplomasi, mereka berdamai dalam ikatan kepedulian dengan alam. Aku bisa melihatnya, selama bertahun-tahun mereka mengekspresikan perasaan melalui kekonyolan yang mereka ciptakan sendiri. Hari ini mereka bahagia dengan menyentuh daun-daun hijau itu. Tertawa bersama dan terlihat gembira.
Mereka menciptakan game mereka sendiri. Bukan Zombie vs. Plant. Tapi, Zombie AND Plant.
                                                                    Kritik Sastra Cerpen “Zombie and Plant”        
Oleh: Rosta Rosalina (15)
MAN 3 Malang

Zombie Aneh dalam Cerpen

Seiring dengan banyaknya orang yang tertarik kegiatan kepenulisan , saat ini mudah sekali menemukan karya sastra di internet, baik itu puisi, cerpen (cerita pendek), cerbung (cerita bersambung) ataupun esai. “Zombie and Plant” adalah salah satu cerpen karya penulis online. Beberapa sisi cerpen ini dapat dikupas sebagai berikut ini.
Pukul 20.00 WIB. Penyelidikan di rumah tersangka pencurian…
“Ah!!! Itu pencurinya!!! Tangkaaappp!!!”
Teriakan ala suku mongol ini berasal dari seorang kawanku yang bernama Meranti.
Begitulah kutipan bagian paling awal dari cerpen berjudul “Zombie and Plant”. Ya, bagi kalangan remaja, game merupakan alternatif hiburan yang mudah, murah dan menyenangkan. Cukup menyalakan laptop atau komputer, hilanglah kepenatan. Ari Sofiyanti ( AS), seorang cerpenis online yang mengangkat tema kehidupan dari sebuah jenis game. Tentu saja secara garis besar, isi cerita menekankan bagaimana sisi kehidupan di game.
Dengan penggunaan alur campuran, AS  berhasil membuat bingung pembaca dalam memahami maksud cerita. Ditambah lagi, tema yang diambil sangat tidak umum. Semua latar cerita terinspirasi dari kehidupan game aslinya “Plant Vs Zombie”. Hal ini memojokkan pembaca golongan anti game. Mereka hanya akan meninggalkan cerpen ini begitu saja. Seperti kutipan berikut.
Perlu penjelasan lebih lanjut bahwa kami kini sedang berada di koordinat S (4,5) yang merupakan letak dari rumah musuh bebuyutan Ranti, laki-laki penggemar game Zombie vs Plants? Dae. Jarak rumah Dae dan Ranti sebetulnya hanya dipisahkan oleh rumahku. Setiap mereka bertengkar, aku yang selalu jadi mikrofonnya, jadi kurir pengantar pesan berisi makian-makian yang menyebalkan. Intinya, aku adalah korban dari perang mereka berdua. Huh, sialnya…

“Aku buat senjata dari tulang zombie!! Huahahaha!!”
“Getah karet perangkap!!”
“Jurus bau badan zombie!! Apa kau bisa menghindari ini haaahh?”
“Perlindungan dari wangi melati…!!”
Daya tarik membaca pada bagian awal sudah letih disebabkan percakapan antar tokoh yang secara tiba-tiba ada tanpa di awali penjelasan tokoh terlebih dulu. Sehingga dapat disimpulkan,  teknik cerita yang memikat penulis masih dinilai gagal. Penulis menggunakan kalimat awal dengan percakapan membingungkan. Namun sebenarnya banyak cerpenis lainnya yang memilih percakapan menjadi pembuka tetapi tidak membingungkan seperti cerpen ini. Akan lebih baik bila pengenalan tokoh Zombie dan Plant terlebih dahulu.
Salah satu hal yang seharusnya menjadi perhatian utama penulis yakni pemilihan judul. Judul yang bagus akan sangat berpengaruh besar. Judul sangat menentukan pandangan pembaca yang ingin mengapresiasi. Namun, AS menggunakan judul aneh, “Zombie and Plant”. Patut disayangkan jika cerpen bagus tetapi salah atau kurang bisa memilih judul. Apalagi penggunaan judul dalam bahasa Inggris. Akan terkesan tabu jika memakainya secara full. Untuk itu metode yang dipakai dalam memilih judul yakni menggunakan kata-kata singkat, sudah menggambarkan keseluruhan dan bahasa menarik.
Orang awam akan pergi begitu saja bila melihat judul saduran AS.
Perlu diketahui, tokoh Zombie dalam game “Zombie and Plant” adalah seorang mayat hidup yang ingin memangsa dan mengincar rumah untuk mencuri. Namun Zombie tidak bisa begitu saja, dia harus menerima serangan dari tanaman yang biasa disebut Plant. Plant mengeluarkan racun yang jika disemprotkan secara berulang dapat membuat Zombie mati. Kehidupan Zombie dan Plant yang tak damai menjadi ide kreatif penulis AS. Penulis memiliki ide untuk mengubah sistem kehidupan game lamanya, “Zombie Vs Plant”, kepada kedamaian game baru “Zombie and Plant” (Zombie dan Plant). Tidak lagi ada versus atau perperangan.
Karya AS ini memang aneh, lagi-lagi gaya penceritaannya terkesan ingin membuat pembaca langsung memahami. Padahal, bagian awal cerpen membuat ingin mengakhiri membaca. Lambat laun, setelah dibaca semua, pembaca cenderung tidak mendapatkan makna cerpen. Hanya di bagian akhir, baru ditemukan maksud penulis.
Mereka menciptakan game mereka sendiri. Bukan Zombie vs. Plant. Tapi, Zombie AND Plant.
Beberapa kesalahan ejaan juga ditemukan, meskipun masih dapat ditolerir yakni ‘Apaaa!!!??’ yang seharusnya cukup ‘Apa?’.
Pertarungan ini berlangsung hingga pukul lima pagi. Di luar dugaan, mereka mulai melempar-lempar kertas, panah-panah api berjatuhan. Parahnya lagi, rumah di sebelah Dae terbakar. Tunggu. Apaaa!!!??? Itu rumahku!!
“Hancurkan pasokan pangan!!!” perintahnya. Lagi-lagi aku harus terlibat hal-hal konyol dengan mereka. Dae mengamankan daerah persediaan makanan (baca: kulkas). Kucingnya yang berwarna oranye membuntuti dari belakang.
Cerpen ini sebenarnya tidak berlebihan dalam menggambarkan keadaan. Namun, kekurangan cerpen ini menjorok pada isinya yang tidak sinkron. Semua cerita berawal dari C dan tidak kembali pada C. Bisa dikatakan, dunia imajinatif AS tidak sampai pada pembaca.

Uraian di atas kiranya menjelaskan bahwa Ari Sofiyanti merupakan penulis cerpen yang masih pada tahap latihan. Dengan latihan maka akan terbiasa, sehingga maksud yang ingin dicerminkan dapat tersampaikan. Kiprah sastra harus sering digali dan dilatih. Bukan masalah tema yang tabu pada cerpen ini tetapi memang penulis masih kurang komunikatif dalam bercerita. Diharapkan dengan kritik ini, dapat membangun tingkat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan bebas comment :) Promosiin blog sendiri di dalam comment lebih baik daripada nyebar Spam di dalam comment box blog orang. I really appreciate it! :D