Zombie and Plant
Pukul
20.00 WIB. Penyelidikan di rumah tersangka pencurian…
“Ah!!! Itu pencurinya!!! Tangkaaappp!!!”
Teriakan ala suku mongol ini berasal dari seorang kawanku yang bernama Meranti. Perlu penjelasan lebih lanjut bahwa kami kini sedang berada di koordinat S (4,5) yang merupakan letak dari rumah musuh bebuyutan Ranti, laki-laki penggemar game Zombie vs Plants? Dae. Jarak rumah Dae dan Ranti sebetulnya hanya dipisahkan oleh rumahku. Setiap mereka bertengkar, aku yang selalu jadi mikrofonnya, jadi kurir pengantar pesan berisi makian-makian yang menyebalkan. Intinya, aku adalah korban dari perang mereka berdua. Huh, sialnya…
“Ah!!! Itu pencurinya!!! Tangkaaappp!!!”
Teriakan ala suku mongol ini berasal dari seorang kawanku yang bernama Meranti. Perlu penjelasan lebih lanjut bahwa kami kini sedang berada di koordinat S (4,5) yang merupakan letak dari rumah musuh bebuyutan Ranti, laki-laki penggemar game Zombie vs Plants? Dae. Jarak rumah Dae dan Ranti sebetulnya hanya dipisahkan oleh rumahku. Setiap mereka bertengkar, aku yang selalu jadi mikrofonnya, jadi kurir pengantar pesan berisi makian-makian yang menyebalkan. Intinya, aku adalah korban dari perang mereka berdua. Huh, sialnya…
Kawan,
mengapa aku bisa terjebak di rumah Dae bersama perintah-perintah penggempuran
area perang ini? Yah, sebabnya adalah karena pagi tadi, black forest yang dibeli dengan tumpahan air liur
Ranti, hilang lenyap secara tiba-tiba seperti ditelan bumi! Tim intel kami
menelusuri kejadian perkara dan sampailah pada tersangka utama yaitu Dae, si
pemamah biak.
“Hancurkan
pasokan pangan!!!” perintahnya. Lagi-lagi aku harus terlibat hal-hal konyol
dengan mereka. Dae mengamankan daerah persediaan makanan (baca: kulkas).
Kucingnya yang berwarna oranye membuntuti dari belakang.
“Nnnnggg… aku nggak nyuri black forestmu. Si Mera ini yang minta.” Dae menunjuk kucingnya yang mengeong-ngeong gembira. “Ya, kanMera?” Kucing betina oranye ini bernama Meranti. Ini juga ide dari si Dae untuk mencari gara-gara dengan Ranti asli.
“Hah!! Nggak ada gencatan senjata!! Serahkan seluruh pasokan makananmu!!”
Dae tiba-tiba memakai kostum Zombie. “Nggak bisa!! Now, Zombie eats your brain…”
“Nnnnggg… aku nggak nyuri black forestmu. Si Mera ini yang minta.” Dae menunjuk kucingnya yang mengeong-ngeong gembira. “Ya, kanMera?” Kucing betina oranye ini bernama Meranti. Ini juga ide dari si Dae untuk mencari gara-gara dengan Ranti asli.
“Hah!! Nggak ada gencatan senjata!! Serahkan seluruh pasokan makananmu!!”
Dae tiba-tiba memakai kostum Zombie. “Nggak bisa!! Now, Zombie eats your brain…”
Yeah,
kalian pasti penasaran makhluk seperti apa Dae ini. Dia itu maniak Zombie.
Kamarnya penuh dengan poster Zombie
vs. Plant, dia mengoleksi kostum zombie (padahal cuma baju compang-camping), di
bagian belakang kamarnya terpajang gambar nisan tiga dimensi dari sterofoam,
dan masih banyak hal-hal tak terduga dari makhluk titisan zombie ini.
“Kekuatan
duri bunga mawar dan sulur-sulur tumbuhan liar!! Hancurkan zombie!!”
Hhhh… setelah ini, gempa pasti mengguncang seisi rumah dengan skala 5 richter. Aku harus mengevakuasi diri dari radius 5 km. Kalau Ranti memulai perang, imajinasinya terbang kemana-mana. Segala konsep alam di keluarkannya. Meranti ini adalah seorang pecinta alam dan aku adalah anak dari seorang pemilik toko bunga. Kami sering menanam bunga bersama-sama, dan si zombie ini sering mengacaukan mood kami.
Hhhh… setelah ini, gempa pasti mengguncang seisi rumah dengan skala 5 richter. Aku harus mengevakuasi diri dari radius 5 km. Kalau Ranti memulai perang, imajinasinya terbang kemana-mana. Segala konsep alam di keluarkannya. Meranti ini adalah seorang pecinta alam dan aku adalah anak dari seorang pemilik toko bunga. Kami sering menanam bunga bersama-sama, dan si zombie ini sering mengacaukan mood kami.
“Aku buat senjata
dari tulang zombie!! Huahahaha!!”
“Getah karet perangkap!!”
“Jurus bau badan zombie!! Apa kau bisa menghindari ini haaahh?”
“Perlindungan dari wangi melati…!!”
“Getah karet perangkap!!”
“Jurus bau badan zombie!! Apa kau bisa menghindari ini haaahh?”
“Perlindungan dari wangi melati…!!”
Pertarungan
ini berlangsung hingga pukul lima pagi.
Di luar dugaan, mereka mulai melempar-lempar kertas, panah-panah api
berjatuhan. Parahnya lagi, rumah di sebelah Dae terbakar. Tunggu. Apaaa!!!???
Itu rumahku!!
“Stoooppp!! Kalian membuat bangkrut keluargaku!! Toko bungaku terbakar… tidaaakkk!!! Segera hentikan perang ini dan mulailah kerja bakti!! Tanam kembali semua bunga-bungaku! Bereskan sampah-sampah kalian!! Huh! Dasar!”
Mereka berdua ternganga “Haaah??”
“Stoooppp!! Kalian membuat bangkrut keluargaku!! Toko bungaku terbakar… tidaaakkk!!! Segera hentikan perang ini dan mulailah kerja bakti!! Tanam kembali semua bunga-bungaku! Bereskan sampah-sampah kalian!! Huh! Dasar!”
Mereka berdua ternganga “Haaah??”
Pukul enam pagi
bola-bola kertas sudah terkumpul rapi dan rencananya akan dibuat daur ulang.
Pot-pot bunga disiapkan dan mereka dengan rajinnya mengisi berbagai macam bunga
dalam pot-pot itu. Tidak ada pertengkaran. Tidak ada perang. Tanpa diplomasi,
mereka berdamai dalam ikatan kepedulian dengan alam. Aku bisa melihatnya,
selama bertahun-tahun mereka mengekspresikan perasaan melalui kekonyolan yang
mereka ciptakan sendiri. Hari ini mereka bahagia dengan menyentuh daun-daun
hijau itu. Tertawa bersama dan terlihat gembira.
Mereka
menciptakan game mereka sendiri. Bukan Zombie vs. Plant. Tapi, Zombie AND
Plant.
Kritik
Sastra Cerpen “Zombie and Plant”
Oleh: Rosta
Rosalina (15)
MAN 3 Malang
Zombie Aneh dalam Cerpen
Seiring
dengan banyaknya orang yang tertarik kegiatan kepenulisan , saat ini mudah
sekali menemukan karya sastra di internet, baik itu puisi, cerpen (cerita
pendek), cerbung (cerita bersambung) ataupun esai. “Zombie and Plant” adalah
salah satu cerpen karya penulis online. Beberapa sisi cerpen ini dapat dikupas sebagai
berikut ini.
Pukul 20.00 WIB.
Penyelidikan di rumah tersangka pencurian…
“Ah!!! Itu pencurinya!!! Tangkaaappp!!!”
Teriakan ala suku mongol ini berasal dari seorang kawanku yang bernama Meranti.
“Ah!!! Itu pencurinya!!! Tangkaaappp!!!”
Teriakan ala suku mongol ini berasal dari seorang kawanku yang bernama Meranti.
Begitulah
kutipan bagian paling awal dari cerpen berjudul “Zombie and Plant”. Ya, bagi
kalangan remaja, game merupakan alternatif hiburan yang mudah, murah dan
menyenangkan. Cukup menyalakan laptop atau komputer, hilanglah kepenatan. Ari
Sofiyanti ( AS), seorang cerpenis online yang mengangkat tema kehidupan dari
sebuah jenis game. Tentu saja secara garis besar, isi cerita menekankan
bagaimana sisi kehidupan di game.
Dengan
penggunaan alur campuran, AS berhasil
membuat bingung pembaca dalam memahami maksud cerita. Ditambah lagi, tema yang
diambil sangat tidak umum. Semua latar cerita terinspirasi dari kehidupan game
aslinya “Plant Vs Zombie”. Hal ini memojokkan pembaca golongan anti game.
Mereka hanya akan meninggalkan cerpen ini begitu saja. Seperti kutipan berikut.
Perlu penjelasan lebih lanjut bahwa kami kini sedang
berada di koordinat S (4,5) yang merupakan letak dari rumah musuh bebuyutan
Ranti, laki-laki penggemar game Zombie vs Plants? Dae. Jarak rumah Dae dan
Ranti sebetulnya hanya dipisahkan oleh rumahku. Setiap mereka bertengkar, aku
yang selalu jadi mikrofonnya, jadi kurir pengantar pesan berisi makian-makian
yang menyebalkan. Intinya, aku adalah korban dari perang mereka berdua. Huh,
sialnya…
“Aku buat senjata dari tulang zombie!! Huahahaha!!”
“Getah karet perangkap!!”
“Jurus bau badan zombie!! Apa kau bisa menghindari ini haaahh?”
“Perlindungan dari wangi melati…!!”
“Getah karet perangkap!!”
“Jurus bau badan zombie!! Apa kau bisa menghindari ini haaahh?”
“Perlindungan dari wangi melati…!!”
Daya
tarik membaca pada bagian awal sudah letih disebabkan percakapan antar tokoh
yang secara tiba-tiba ada tanpa di awali penjelasan tokoh terlebih dulu.
Sehingga dapat disimpulkan, teknik
cerita yang memikat penulis masih dinilai gagal. Penulis menggunakan kalimat
awal dengan percakapan membingungkan. Namun sebenarnya banyak cerpenis lainnya
yang memilih percakapan menjadi pembuka tetapi tidak membingungkan seperti
cerpen ini. Akan lebih baik bila pengenalan tokoh Zombie dan Plant terlebih
dahulu.
Salah
satu hal yang seharusnya menjadi perhatian utama penulis yakni pemilihan judul.
Judul yang bagus akan sangat berpengaruh besar. Judul sangat menentukan
pandangan pembaca yang ingin mengapresiasi. Namun, AS menggunakan judul aneh, “Zombie
and Plant”. Patut disayangkan jika cerpen bagus tetapi salah atau kurang bisa
memilih judul. Apalagi penggunaan judul dalam bahasa Inggris. Akan terkesan
tabu jika memakainya secara full.
Untuk itu metode yang dipakai dalam memilih judul yakni menggunakan kata-kata
singkat, sudah menggambarkan keseluruhan dan bahasa menarik.
Orang awam akan pergi begitu saja bila melihat judul saduran AS.
Orang awam akan pergi begitu saja bila melihat judul saduran AS.
Perlu
diketahui, tokoh Zombie dalam game “Zombie and Plant” adalah seorang mayat
hidup yang ingin memangsa dan mengincar rumah untuk mencuri. Namun Zombie tidak
bisa begitu saja, dia harus menerima serangan dari tanaman yang biasa disebut
Plant. Plant mengeluarkan racun yang jika disemprotkan secara berulang dapat
membuat Zombie mati. Kehidupan Zombie dan Plant yang tak damai menjadi ide kreatif
penulis AS. Penulis memiliki ide untuk mengubah sistem kehidupan game lamanya,
“Zombie Vs Plant”, kepada kedamaian game baru “Zombie and Plant” (Zombie dan
Plant). Tidak lagi ada versus atau
perperangan.
Karya
AS ini memang aneh, lagi-lagi gaya penceritaannya terkesan ingin membuat
pembaca langsung memahami. Padahal, bagian awal cerpen membuat ingin mengakhiri
membaca. Lambat laun, setelah dibaca semua, pembaca cenderung tidak mendapatkan
makna cerpen. Hanya di bagian akhir, baru ditemukan maksud penulis.
Mereka menciptakan
game mereka sendiri. Bukan Zombie vs. Plant. Tapi, Zombie AND Plant.
Beberapa
kesalahan ejaan juga ditemukan, meskipun masih dapat ditolerir yakni
‘Apaaa!!!??’ yang seharusnya cukup ‘Apa?’.
Pertarungan ini
berlangsung hingga pukul lima pagi. Di
luar dugaan, mereka mulai melempar-lempar kertas, panah-panah api berjatuhan.
Parahnya lagi, rumah di sebelah Dae terbakar. Tunggu. Apaaa!!!??? Itu rumahku!!
“Hancurkan pasokan
pangan!!!” perintahnya. Lagi-lagi aku harus terlibat hal-hal konyol dengan
mereka. Dae mengamankan daerah persediaan makanan (baca: kulkas). Kucingnya
yang berwarna oranye membuntuti dari belakang.
Cerpen
ini sebenarnya tidak berlebihan dalam menggambarkan keadaan. Namun, kekurangan
cerpen ini menjorok pada isinya yang tidak sinkron. Semua cerita berawal dari C
dan tidak kembali pada C. Bisa dikatakan, dunia imajinatif AS tidak sampai pada
pembaca.
Uraian
di atas kiranya menjelaskan bahwa Ari Sofiyanti merupakan penulis cerpen yang
masih pada tahap latihan. Dengan latihan maka akan terbiasa, sehingga maksud
yang ingin dicerminkan dapat tersampaikan. Kiprah sastra harus sering digali
dan dilatih. Bukan masalah tema yang tabu pada cerpen ini tetapi memang penulis
masih kurang komunikatif dalam bercerita. Diharapkan dengan kritik ini, dapat
membangun tingkat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan bebas comment :) Promosiin blog sendiri di dalam comment lebih baik daripada nyebar Spam di dalam comment box blog orang. I really appreciate it! :D