Sabtu, 28 April 2018

Menjadi Orang yang Merasa (Tak) Berharga

Sebut saja  Fitria, aku sedang mencurahkan isi hatiku. Minggu-minggu ini, aku sedang memiliki masalah besar. Ia datang menghampiri hidupku yang nyaman dan damai, rasanya penuh tak kesiapan alias bingung. Aku harus bertingkah laku seperti apa yang seharusnya. Aku hanya berusaha keras dengan diriku, kutekankan pada diri bahwa aku memiliki modal keberanian menantang masalah, dan yakinlah ayat bahwa perlahan-lahan cahaya datang menerangi kesulitan.

All izz well.

Aih, pembuka macam apa itu.

Tadi sore aku menonton video Mbak Merry Riana.
Aku klik saja itu.

Kata pembukanya seperti ini :

Kamu adalah seseorang yang istimewa. Kalau menurutmu kamu tidak istimewa, itu karena kamu belum menyadarinya. Kamu berharga, kamu sangat berharga.Tidak peduli apapun kekuranganmu, apapun kesalahanmu, apapun masa lalumu. Kamu tetap berharga, tidak peduli apa kata mereka.
Aku sebenarnya hanya ingin menonton saja. Apakah aku termasuk orang yang sedang merasa bahwa diriku tak berharga atau tidak. Ternyata ada salah satu kata, yang kupetik :

Ketika kamu dijahui, jangan berkecil hati.
Walaupun mungkin kamu dibully.
Jangan pernah kamu merasa tidak pantas,
hanya karena orang bilang kamu tidak berkualitas.
Dengar bagian itu semua aku merasa tersentuh. Sepertinya pada saat dilanda masalah memang akan mengantarkan diri menuju pintu sensitivitas. Semua hal yang dirasa dulu biasa saja, berubah menjadi negatif. Semua pencapaian terdahulu tertutupi oleh kesalahan terbaru.

Orang yang merasa diri tak berharga ternyata seperti ini. Bingung mau melakukan apa. Merasa bahwa diri sudah tak dapat berbuat kebaikan kembali. Seperti sedang kehilangan nyawa. Dorongan dalam diri hanya ingin segera berkelana, Berkelana entah kemana dan dengan siapa, tak penting. Yang terpenting lari meninggalkan titik penghabisan.

Aku pun baru menyadari bahwa ternyata nikmat merasa diri berharga adalah sebuah karunia yang besar. Ini memang soal kognitif. Bagaimana kita menginterpretasikan suatu kejadian yang menyakitkan menjadi sebuah kesempatan untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi atau justru menjadi pribadi terpuruk.

Jadi ingat pesan Abah Quraisy Shihab, bahwa semua yang sedih maupun bahagia dihadapi manusia  itu adalah takdir. Takdir bisa dipilih.

Untuk semua teman yang merasa diri sedang tak berharga, aku ada pesan, ada kalanya kamu merenung. Pisahkan mana bahasa hatimu dan mana bahasa orang lain yang tak kamu kenal. Dengarkan hati. Hati paling tahu yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan bebas comment :) Promosiin blog sendiri di dalam comment lebih baik daripada nyebar Spam di dalam comment box blog orang. I really appreciate it! :D