Setelah beberapa waktu lalu pernah posting Kenapa Posting di Instagram, sekarang aku memunculkan teori yang melawan postingan itu.
Jadi ceritanya dua minggu ini sedang ada masalah. Terus ketika lihat postinganku, kok aku banyak banget waktu bersenang-senangnya ya, dan kenapa aku menunjukkan kesenangan-kesenangan pribadiku, ada loh orang-orang yang sedih dan mungkin nggak terima dengan hidupnya setelah melihat posting instagramku, dan itu aku rasain sendiri...aku nggak terima aku dengan postinganku yang lama. Seakan-akan dunia ini nggak ada beban. Kenapa harus menunjukkan dunia tanpa beban, padahal kenyataan punya beban. Maksudnya, ketika tanpa beban di posting, tapi kenapa saat dengan beban kenapa ngga diposting? Artinya itu ada dua
Postingan bahagia itu ternyata membebani aku saat memiliki masalah. Dan kebetulan aku selalu posting hal-hal yang positif. Tapi again, untuk sadar mempraktikkannya tulisan positif adalah struggle buat aku juga. Dan aku merasa ketika aku posting sedikit kebahagiaan saat ada masalah, orang akan berpikir "loh kok udah baikan aja sih, cepet banget.". Posting sedikit kebahagiaan itu misalnya ada hal yang lucu lalu aku posting stories (sebenarnya ga lucu-lucu amat, tapi ya jadinya adiksi buat berbagi hal lain yang lucu). Tapi emang aku sadari, aku ini tipe penghibur. Suka melucu. Jadi bawannya tuh nyari ide buat melucu. Nggak lucu pun tetap
Main media sosial ternyata juga memikirkan bagaimana orang lain memandang. Dan sulit konsisten memiliki pandangan yang positif. Di psikologi sosial, kejadian ketika kita memikirkan apa yang dipikirkan orang lain disebut dengan atribusi. Atribusi dibagi menjadi atribusi positif dan negatif.
Sebenarnya kalau orang-orang yang menjadi following-ku adalah bukan orang-orang sekitar (kehidupan sehari-hari), sih okay-okay aja.
Tapi, kalau buat orang sekitar...ya itu tadi.... ngerasa ada clash tersendiri, "loh bukannya lagi ada masalah, harusnya sedih dong" atau juga kayak gini "oh ternyata dia memilih aktivitas disana ya daripada aktivitas bersamaku". Ada pikiran-pikiran membandingkan dengan apa yang dipikirkan (seharusnya) individu terhadap postingan individu yang lain. Maksudnya, pikiran orang lain cenderung menuntut kita sesuai dengan pikirannya...seharusnya begini-begitu.
Mungkin tulisan ini membingungkan. Tapi dari masalah yang aku hadapi jadi belajar untuk, "simpan duka-suka cita mu ros, lebih baik gitu daripada kepikiran".
Fix, No Instagram Post but still having Some Blogs Post..
Jadi ceritanya dua minggu ini sedang ada masalah. Terus ketika lihat postinganku, kok aku banyak banget waktu bersenang-senangnya ya, dan kenapa aku menunjukkan kesenangan-kesenangan pribadiku, ada loh orang-orang yang sedih dan mungkin nggak terima dengan hidupnya setelah melihat posting instagramku, dan itu aku rasain sendiri...aku nggak terima aku dengan postinganku yang lama. Seakan-akan dunia ini nggak ada beban. Kenapa harus menunjukkan dunia tanpa beban, padahal kenyataan punya beban. Maksudnya, ketika tanpa beban di posting, tapi kenapa saat dengan beban kenapa ngga diposting? Artinya itu ada dua
Postingan bahagia itu ternyata membebani aku saat memiliki masalah. Dan kebetulan aku selalu posting hal-hal yang positif. Tapi again, untuk sadar mempraktikkannya tulisan positif adalah struggle buat aku juga. Dan aku merasa ketika aku posting sedikit kebahagiaan saat ada masalah, orang akan berpikir "loh kok udah baikan aja sih, cepet banget.". Posting sedikit kebahagiaan itu misalnya ada hal yang lucu lalu aku posting stories (sebenarnya ga lucu-lucu amat, tapi ya jadinya adiksi buat berbagi hal lain yang lucu). Tapi emang aku sadari, aku ini tipe penghibur. Suka melucu. Jadi bawannya tuh nyari ide buat melucu. Nggak lucu pun tetap
Main media sosial ternyata juga memikirkan bagaimana orang lain memandang. Dan sulit konsisten memiliki pandangan yang positif. Di psikologi sosial, kejadian ketika kita memikirkan apa yang dipikirkan orang lain disebut dengan atribusi. Atribusi dibagi menjadi atribusi positif dan negatif.
Sebenarnya kalau orang-orang yang menjadi following-ku adalah bukan orang-orang sekitar (kehidupan sehari-hari), sih okay-okay aja.
Tapi, kalau buat orang sekitar...ya itu tadi.... ngerasa ada clash tersendiri, "loh bukannya lagi ada masalah, harusnya sedih dong" atau juga kayak gini "oh ternyata dia memilih aktivitas disana ya daripada aktivitas bersamaku". Ada pikiran-pikiran membandingkan dengan apa yang dipikirkan (seharusnya) individu terhadap postingan individu yang lain. Maksudnya, pikiran orang lain cenderung menuntut kita sesuai dengan pikirannya...seharusnya begini-begitu.
Mungkin tulisan ini membingungkan. Tapi dari masalah yang aku hadapi jadi belajar untuk, "simpan duka-suka cita mu ros, lebih baik gitu daripada kepikiran".
Fix, No Instagram Post but still having Some Blogs Post..
Semarang, 25 April 2018.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan bebas comment :) Promosiin blog sendiri di dalam comment lebih baik daripada nyebar Spam di dalam comment box blog orang. I really appreciate it! :D