Kamis, 14 Februari 2019

Ini Bukan Dream Wedding, Sekedar Catatan Saja

Kayaknya dulu sering banget pas baca majalah anak muda obrolannya tentang dream wedding. Dan aku baru saja merenungi hal itu..baru kepikiran untuk mencatat sesuatu yang jarang ditulis orang lain haha. Tulisan ini murni untuk catatan diri sendiri aja. Banyak hal yang musti perlu diskusikan dengan pasangan kelak.

1. Mau pesta nikah gede-gede an atau hidup after pesta yang digedein?
Pas nulis ini jadi sadar bahwa aku lagi ngomongin pestanya bukan nikahnya sendiri. Hakikat nikah sebenernya berada saat ijab qobul kan. Makanya beberapa kakak-kakak milenial membuat pesta yang nggak biasa aja, yang cost-nya ngga difokusin ke pesta aja tapi juga untuk sesuatu yang berkesan. Misalnya membagikan buku yang ditulis bersama pasangan sebagai souvenir.

2. Pentingkah ikut trend bridesmaid?
Menurutku pada kenyataannya, fenomena ini membuat munculnya iri dan pertanyaan "aku bukan teman dekatnya yah blabla". Ya sebenernya sih gapapa, buat mereka yang nggak dapat kain gratis berarti  memang belum dianggap sedekat itu. Eaa.

Disisi lain mereka yang dapat dipekerjakan, wididi bahasanya, apa yaah yang pantes...mendapat job untuk flash mob misalnya, buat nganterin juga. Hm, jadi inget pesta yang aku datangin, sempitnya ruangan mustinya tidak memaksa adanya flasmob. Ya ngomongin pesta orang pasti ada kurangnya.

3. Nikahan di gedung apa di rumah saja? Pakai alas atau nggak? wkwk
Pernah pengalaman dateng ke nikahan temen yang nggak ada alasnya, jadi langsung tanah gitu pas napak. La trus kenapa? Menurutku kurang pas aja. Tapi sebenernya ngga jadi masalah sih. Mungkin lebih baik ada alasnya, eits tapi kemaren juga pernah datang ke nikahan yang ada alasnya kayu gitu...dan ternyata agak lucu juga. Namun, di pesta kali itu aku malah  fokus pada minus sanitasi dapur yang kelihatan kurang bersih, karena aku lewat belakang kali ya jadi kelihatan. Susah yaa bikin pesta, satu masalah terselesaikan tapi ada masalah lain.
Sementara ini, aku prefer ngadain di gedung aja, meski ada minus dimana musti on-time banget. Dan untuk gedung di hotel jatuhnya akan sangat mahal. Gimana nih, apa invest bikin sewaan gedung wkwkwk

4. Ngundang siapa aja?
Ini case sederhana tapi bisa jadi luar biasa. Alhamdulillahnya sekarang ngga harus undangan secara fisik ya, e-invtitation bergerilya, lebih murah jadinya. Tapi, pas hari H tetep perlu dikondisikan kalau mereka membeludak, kan ngefek ke persedian konsumsi ya. Hahaha. Apalagi untuk aku yang punya banyak temen, halaaaaaaah hoaks. Yang datang ke nikahan tetep orang-orang yang memprioritaskan dan yang deket. Masa ngga deket, tetep datang.

Jadi inget suatu hari aku mendapatkan undangan dari kakak tingkat yang pernah ku wawancarain. Saat itu aku izin ke Ibuku untuk datang ke nikahan yang jaraknya musti ditempuh dengan bus selama 2 jam.

"Kok diundang tho kamu?"
"Lah kenapa Bu gak boleh ta?"
"Kan kalau ngundang-ngundang itu kasihan"
"Ha, kasian gimana maksudnya Bu?"
"Kasian yang diundang dari jauh jadi kepikiran"
"Hmmm begitu ya Bu"

Ada-ada aja pikiran ibuku, tapi obrolan saat itu menjadi refleksi untuk bener-bener mikirin orang-orang yang kita undang untuk disediakan akomodasi yang sesuai, meliputi transportasi dan penginapan jika perlu.

Kalau Ibu kostku yang di Tembalang, mengungsikan saudara-saudaranya di hotel saat nikahan anaknya. Pas aqiqahan, juga ngundang keluarga dari Jawa Timur yang diungsikan di penginapan yang proper dan deket banget dengan rumah. Ya beliau memang kayah raya.

--------------------------
Secara random keinget caption yang dibuat temenku setelah ngadain pesta nikah :
"tak pusing dengan urusan persiapan, sebab ini "gawenya bapak ibukku", tapi bagiku ritual pernikahan adalah momen diujinya seberapa bisa kita mau meluaskan hati"

Wah bener juga, pesta  pernikahan bisa diserahkan banget ke orang tua kita, karena sebenernya yang ngerayain itu orang tua kita wkwk. Kecuali untuk manusia-manusia milenial yang terkenal dengan kemandirian, berusaha menyiapkan pesta secara detail. Orang tua yang punya pengalaman menangani pesta nikahannya dulu, punya perspektif sendiri yang perlu kita jadikan pertimbangan. Seneng banget sih ketika orang tua kita sukanya yang sederhana, jadi ga banyak-banyak persiapannya juga. Karena semakin kompleks, ujian kesabaran juga makin banyak.

Kesimpulan : Belajar terus supaya bisa nemuin rumus pesta pernikahan yang cocok di kantong dan dilogika.
Sekian terima kasih.
Foto dapat kain di sebuah pernikahan mewah, banyak sholawat biar nikahnya bisa kayak gitu. Sholeh-sholehah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan bebas comment :) Promosiin blog sendiri di dalam comment lebih baik daripada nyebar Spam di dalam comment box blog orang. I really appreciate it! :D