Rabu, 27 Februari 2013

Puisi (4) -judulkosong-



Pena menari lincah mensunyikan keramaian
Hampa kegaduhan menyayat tirai hijau
Tak perlu hening jendela, hanya mutiara kacamata
Sepatu, kemanakah jam berlalu?
Tak usah kau bagi map-map putihmu
Hanya ada engsel kotak tertutup kawan
Cermikan kacau mimpimu

Puisi (4) -judulkosong-


Pena menari lincah mensunyikan kera
Hampa kegaduan menyayat tirai hijau
Tak perlu hening jendela, hanya mutiara kacamata
Sepatu, kemanakah jam berlalu?
Tak usah kau bagi map-map putihmu
Hanya ada engsel kotak tertutup kawan
Cermikan kacau mimpimu

Puisi (4) -judulkosong-


Pena menari lincah mensunyikan kera
Hampa kegaduan menyayat tirai hijau
Tak perlu hening jendela, hanya mutiara kacamata
Sepatu, kemanakah jam berlalu?
Tak usah kau bagi map-map putihmu
Hanya ada engsel kotak tertutup kawan
Cermikan kacau mimpimu

Puisi (4) -judulkosong-


Pena menari lincah mensunyikan kera
Hampa kegaduan menyayat tirai hijau
Tak perlu hening jendela, hanya mutiara kacamata
Sepatu, kemanakah jam berlalu?
Tak usah kau bagi map-map putihmu
Hanya ada engsel kotak tertutup kawan
Cermikan kacau mimpimu

Puisi (4) -judulkosong-


Pena menari lincah mensunyikan kera
Hampa kegaduan menyayat tirai hijau
Tak perlu hening jendela, hanya mutiara kacamata
Sepatu, kemanakah jam berlalu?
Tak usah kau bagi map-map putihmu
Hanya ada engsel kotak tertutup kawan
Cermikan kacau mimpimu

Puisi (3) -belum ada judul-


Lampu yang meredup
Buku tertutup
Hitam menjadi putih
Tawa mega dan canda pensil tak bergesek
                Kulihat putih abu-abu dalam papan persegi
                Ingin menoleh dan berputar
                Mengembalikan detik-detik saat sepatu bersanding pintu

Puisi (2) "Papan Hitam"


Kasar hitam acak memajang
Memajang panjang lekat palu
Palu paku kamu helai buku
Tegang kertas menyepak buih
Huruf-huruf mengurai gesit
Mengumpul di samping kaca indra
Menusuk setiap hati
Piket menggejolak api semi
Angka-angka indah mengelopak
Lebah Najah terkesima
Mendarat berat lahar cakrawala
Langit bumi riuh menderu
Surya reaksi mendera terang
Papan hitam sudut putih
Mencibir Lebah bak orang pintar


Puisi (1) "Tak Berpeta"


Ranggas jalan tertatih semi
Perih miskin resahan hati
Deras angin menyerbu sudut lihat
Tangis batu polos melahap
Abu cemburu menguras udara
Lonceng surya menunggu darahku
Bak kobar bendera layu
Menari serius di rumput gelap
Aku tetaplah aku
Tak punya selir hanya cair
Cair danau perasaanku atas Ia
Teman hidup lalu hilang damai
Ku semai baja mental
Ku tangguhkan permata ayu
Berdiri tanpa bayang hitamnya
Meneguk jalan tak berpeta

Selasa, 26 Februari 2013

Kesenian Wayang (1)

Nah, itu adalah salah satu tayangan kesenian wayang. Berikut ini, cerita selengkapnya, so check it out....
Wayang adalah seni pertunjukkan asli Indonesia yang berkembang pesat di Pulau Jawa danBali. Selain itu beberapa daerah seperti Sumatera dan Semenanjung Malaya juga memiliki beberapa budaya wayang yang terpengaruh oleh kebudayaan Jawa dan Hindu.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Sebenarnya, pertunjukan boneka tak hanya ada di Indonesia karena banyak pula negara lain yang memiliki pertunjukan boneka. Namun pertunjukan bayangan boneka (Wayang) di Indonesia memiliki gaya tutur dan keunikan tersendiri, yang merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Untuk itulah UNESCO memasukannya ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2003.
Tak ada bukti yang menunjukkan wayang telah ada sebelum agama Hindu menyebar di Asia Selatan. Diperkirakan seni pertunjukan dibawa masuk oleh pedagang India. Namun demikian, kejeniusan lokal dan kebudayaan yang ada sebelum masuknya Hindu menyatu dengan perkembangan seni pertunjukan yang masuk memberi warna tersendiri pada seni pertunjukan di Indonesia. Sampai saat ini, catatan awal yang bisa didapat tentang pertunjukan wayang berasal dari Prasasti Balitung di Abad ke 4 yang berbunyi si Galigi mawayang
Ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan kebudayaan yang sudah ada, seni pertunjukan ini menjadi media efektif menyebarkan agama Hindu. Pertunjukan wayang menggunakan cerita Ramayana dan Mahabharata.
Demikian juga saat masuknya Islam, ketika pertunjukan yang menampilkan “Tuhan” atau “Dewa” dalam wujud manusia dilarang, munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit sapi, dimana saat pertunjukan yang ditonton hanyalah bayangannya saja. Wayang inilah yang sekarang kita kenal sebagai wayang kulit. Untuk menyebarkan Islam, berkembang jugawayang Sadat yang memperkenalkan nilai-nilai Islam.
Ketika misionaris Katolik, Pastor Timotheus L. Wignyosubroto, SJ pada tahun 1960 dalam misinya menyebarkan agama Katolik, ia mengembangkan Wayang Wahyu, yang sumber ceritanya berasal dari Alkitab.