Inteligensi dapat diartikan
sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988) ,
Sehingga dalam bukunya, Syah berpendapat bahwa inteligensi juga mencakup kualitas
organ-organ tubuh, tidak hanya persoalan kualitas otak saja. Meskipun harus diakui
bahwa peran otak sebagai pengontrol aktivitas manusia membuatnya lebih menonjol
dibandingkan faktor fisik lainnya.
Tingkat kecerdasan
siswa sejalan dengan seberapa besar peluangnya meraih sukses. Makin tinggi IQ
seorang siswa maka makin tinggi pula peluangnya sukses dalam pembelajaran.
Namun tetap diperlukan perlakuan yang tepat bagisetiap anak, baik yang IQ-nya ditingkatan rata-rata, gifted/talented child (IQ >140),
borderline, maupun anak-anak superior.
Diantara anak-anak yang berintelegensi normal ini, nantinya
akan muncul satu atau dua anak yang tergolong gifted child atau talented
child yaitu anak-anak sangat cerdas dan sangat berbakat yang memiliki IQ
lebih dari 140. Mungkin juga akan muncul pula anak-anak yang memiliki IQ
dibawah rata-rata (IQ 70 ke bawah).
Situasi seperti ini akan menuntut calon guru dan guru
profesional untuk memberikan perlakuan yang berbeda sesuai dengan keadaan
masing-masing siswa. Disatu sisi, siswa yang memiliki IQ yang sangat tinggi
memiliki rasa keingintahuan yang besar dan akan menyerap pelajaran lebih cepat
dari teman-temannya. Ketika rasa keingintahuannya itu tidak terpenuhi, maka ia
akan menjadi bosan dan frustrasi. Sedangkan disisi lain, siswa yang IQ-nya
kurang akan merasa kesulitan menyerap pelajaran sehingga ia juga akan merasakan
frustrasi seperti yang dirasakan anak dengan intelegensi tinggi.
Untuk menolong siswa yang berbakat, guru dapat menaikkan
siswa ke kelas yang lebih tinggi hingga ia merasa menemukan kelas dengan
tingkat kesulitan yang sesuai dengan intelegensinya. Atau dapat juga dengan
memasukkan siswa tersebut ke lembaga pendidikan khusus untuk anak berbakat.
Namun, cara ini tidak dapat berlaku sebaliknya kepada
siswa dengan intelegensi yang rendah. Guru tidak dapat menempatkan siswa dengan
intelegensi rendah ke tingkat kelas yang lebih rendah. Hal ini karena akan
memengaruhi tingkat kepercayaan diri siswa tersebut. Hal yang hijak dilakukan
adalah dengan memasukkan siswa ke lembaga pendidikan khusus anak-anak dengan
intelegensi rendah. Namun, di Indonesia sendiri lembaga seperti ini masih
terbatas dikota-kota besar saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan bebas comment :) Promosiin blog sendiri di dalam comment lebih baik daripada nyebar Spam di dalam comment box blog orang. I really appreciate it! :D