Yang kutulis di bait caption selama ini semata-mata untuk menjadi pengingat. Pengingat ketika mungkin aku merasa kurang. Menulis itu seperti rasa bersyukur atas ide yang muncul.
"Tulisan 'Bagaimana jika tidak ada waktu' itu tiba-tiba muncul. Dan sekarang malah membuatku sering menulis 'Bagaimana jika'. Ini cukup membuatku lucu. Terakhir, aku ingin menulis 'Bagaimana jika di dunia ini tidak ada 'Wkwk' atau 'hehe' atau 'ckck'. Entah ini akan terealisasi atau tidak, karena receh sekali."
Kemudian, juga bisa menjadi bahan untuk menulis lagi.
"Wah aku pernah nulis ini, mungkin bisa kutambahin dengan tulisan lamaku".
Lalu juga bisa menjadi bahan menjawab pertanyaan atau wawancara.
"Kejadian terakhir apa yang paling berkesan?". Aku bisa tinggal buka instagram.
Dan sekarang aku juga aktif menulis di blogspot ini. Harapannya sih begitu, menjadi pengingat bahwa aku pernah bla-bla, pengingat kala aku lupa atas nikmat yang telah diberikan.
Ya, siapatau tulisan kita bisa membantu orang lain. 'Siapa tau' itu artinya tidak berharap. Beberapa kali aku mengalami kejadian mudah tersentuh dengan tulisan caption orang lain yang cocok dengan keadaan hati. Aku pernah menulis konsep 'diizinkan Allah untuk menikmati' di tumblr-ku yang lama, bahwa :
Intinya, apa salahnya berbagi. Nothing to loose.
Tapi aku juga sadar bahwa risiko menulis di media sosial itu menyimpan tanggung jawab sosial. Iya kalau yang ngelihat seneng atau biasa aja, tapi kalau merasa tersakiti atau malah jadi iri. Sebenarnya itu bukan ranahku. Sebagai creator, cielah creator, hanya memiliki tugas : berkarya dengan tetap santun. Entah nanti pembaca menilai negatif, atau mungkin nanti bisa menjadi evaluasi untuk kedepannya.
Tulisan ini muncul supaya aku tenang menulis, tanpa berpikir terlalu panjang dan berujung penundaan.
"Tulisan 'Bagaimana jika tidak ada waktu' itu tiba-tiba muncul. Dan sekarang malah membuatku sering menulis 'Bagaimana jika'.
Kemudian, juga bisa menjadi bahan untuk menulis lagi.
"Wah aku pernah nulis ini, mungkin bisa kutambahin dengan tulisan lamaku".
Lalu juga bisa menjadi bahan menjawab pertanyaan atau wawancara.
"Kejadian terakhir apa yang paling berkesan?". Aku bisa tinggal buka instagram.
Dan sekarang aku juga aktif menulis di blogspot ini. Harapannya sih begitu, menjadi pengingat bahwa aku pernah bla-bla, pengingat kala aku lupa atas nikmat yang telah diberikan.
Kenapa tidak disimpan sendiri aja?
Ya, siapatau tulisan kita bisa membantu orang lain. 'Siapa tau' itu artinya tidak berharap. Beberapa kali aku mengalami kejadian mudah tersentuh dengan tulisan caption orang lain yang cocok dengan keadaan hati. Aku pernah menulis konsep 'diizinkan Allah untuk menikmati' di tumblr-ku yang lama, bahwa :
"Sebagus atau sejelek apapun karya kita yang dibagi, tergantung Allah memberikan takdir untuk tersentuh atau tak berdampak sama sekali atas karya kita".
Intinya, apa salahnya berbagi. Nothing to loose.
Tapi aku juga sadar bahwa risiko menulis di media sosial itu menyimpan tanggung jawab sosial. Iya kalau yang ngelihat seneng atau biasa aja, tapi kalau merasa tersakiti atau malah jadi iri. Sebenarnya itu bukan ranahku. Sebagai creator, cielah creator, hanya memiliki tugas : berkarya dengan tetap santun. Entah nanti pembaca menilai negatif, atau mungkin nanti bisa menjadi evaluasi untuk kedepannya.
Tulisan ini muncul supaya aku tenang menulis, tanpa berpikir terlalu panjang dan berujung penundaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan bebas comment :) Promosiin blog sendiri di dalam comment lebih baik daripada nyebar Spam di dalam comment box blog orang. I really appreciate it! :D