Selasa, 19 Juni 2018

Sebuah Pilihan : Psikolog Klinis Dewasa atau Anak

Ini bukan karena aku udah keterima, tapi karena aku baru mau masuk kuliah S2.

Nah, di Unpad & UI ada dua pilihan jurusan untuk bidang klinis yaitu Dewasa & Anak. Aku akan milih Dewasa. Kenapa? Karena aku suka dengan dunia personality development yang baru bisa diidentifikasi saat remaja dan dewasa. Kemudian, karena di Undip membawa nafas Psikologi Keluarga, aku jadi suka membahas psikologi dalam konteks keluarga. Dan keberhasilan suatu keluarga sangat ditentukan oleh orang dewasa di dalamnya. That's why I choose Adoloscence Psychology for my master.

Nah ini kalau kuliah S2 di Indonesia. Kalau luar negeri? Next Post

Rabu, 13 Juni 2018

Cerita Martabak

Adanya adek di rumah tidak hanya membuat rumah ramai, tapi juga pengeluaran agak melebih batas. Dia ini suka sekali jajan di luar, padahal di rumah juga udah makan banyak. Entah karena dia itu nggak pernah makan enak atau kebiasaan makan enak, semua makanan enak yang dipengenin musti diturutin. Salah satunya martabak manis. Favoritnya adalah rasa keju dan kacang. Sama sih kesukaannya kayak aku, tapi Bapak nggak suka kacang.

Nah, malam ini aku diminta Ibu untuk bayar angsuran via ATM, lalu adekku nitip dibelikan martabak kesukaanya. Ibu pun menyahut, "beli yang murah, belinya di depan rumah X itu ngelewatin sungai lurus aja menghadap barat, disitu cuman 11 ribu.Jangan beli yang 30 ribu. Kemahalan. Hematlah.."

Saat aku mengikuti arahan Ibu, ternyata tidak menemukan penjual martabak. Jadi aku beli di tempat lain. Aku cek harga keju dan kacang ternyata cuman 25 ribu. Bukan 30 ribu kan ya.

Sampai rumah aku ditanya Ibu terkait harga. Ibu udah mau ambil martabaknya tapi nggak jadi gara-gara aku bilang harganya 25 ribu. "Ya Allah cuman beli martabak aja mahal, kalau yang murah nggak buka, mending nggak usah beli. Buat apa memenuhi keinginan perut. Hematlah.."

Lalu aku terdiam.

Sebegitu ndak hematnya kah adekku? Sepertinya dia udah beli martabak seharga gitu beberapa kali sampai bikin ibu menyuruh hemat.

Dipikir-pikir iya begitu. Tapi ya namanya snack, kayak emang lagi pengennya itu ya mau gimana gitu. Tapi mungkin alangkah baiknya juga adek bisa menahan diri.

Dari kejadian ini membuatku ingin segera menghasilkan uang biar bisa membelikan martabak tanpa disuruh hemat. Hahaha

Selasa, 12 Juni 2018

Usia 21 Tahun Sudah Sarjana

Seperti biasa, setiap postingan diawali dengan 'Hai'.

Jadi kali ini akan bercerita tentang hari lahirku. Alhamdulillahirobbil 'alamiin. Bisa sehat wal'afiat pada usia 22 tahun.

Perjalanan menuju Juni ini perlu diapresiasi sendiri. Mungkin sekalian berdoa untuk diri sendiri ya.

Selamat ya Ros udah bertahan dan kuat menahan emosi. Semoga semakin dewasa dalam berpikir dan memiliki spiritualitas yang baik. Ingat Allah dimanapun. Ingat selalu untuk selalu punya niat yang baik karena Allah. Sayangi orang tua, beri waktu dan kasih sayangmu ros. Insya Allah, Allah bakal ngasih apa yang dibutuhkan. Apapun...Jangan khawatir.
Dan yang bikin bahagia bukan tanggal 12 Juni, tapi tanggal 6 Juni. Alhamdulillah sudah yudisium. Artinya, saat aku belum sah berusia 22 tahun, aku udah sah menyandang gelar S.Psi. Kenapa harus bangga? Hahaha. Karena mungkin pernah ngeliat di timeline IG, "alhamdulillah bisa selesai kuliah di usia 21 tahun". Lah kamu ros? Kan kamu 21 tahun mau jadi 22 tahun selisih 6 hari doang wkwk. Sudahlah ini tidak penting. Yang penting adalah sehat. Jadi inget masa-masa perjuangan, rasa cemas bercampur aduk kala itu.

Alhamdulillah diizinkan sidang pada tanggal 29 Maret, lalu revisi selama sebulan April penuh. Kemudian seharusnya bisa yudisium pada bulan Mei, tapi ternyata ndak buka yudisium. Kenapa? Karena yang daftar cuman 1 itu pun udah nggak minggu pertama, biasanya yudisium itu awal bulan, saat itu banyak persyaratan yudisium yang belum dipenuhi , salah satunya adalah jurnal. Untuk ACC membutuhkan waktu revisi dari dosen pembimbing.

Daftar sidang Maret sebenarnya berharap bisa ngejar wisuda Mei, tapi revisian musti beres di awal bulan April biar bisa yudisium dan bisa daftar wisuda Mei. Sementara bulan April adalah bulan akreditasi, kampusku sangat sibuk yang tak bisa digambarkan melalui kata-kata.

Ada lagi yang bikin bersyukur banget, berkat kerja keras civitas akademika, per wisuda Agustus besok kami mendapatkan kelulusan di ijazah dengan akreditasi A. Inilah yang menjadi hikmah kenapa aku baru wisuda bulan Agustus, ternyata biar dapat akreditasi baru. Heheh

Kalau diingat-ingat lagi, dulu kan sempat kuliah di Universitas Negeri Malang (UM) dengan jurusan psikologi juga, tapi masih akreditasi C. Kemudian selang 2 minggu setelah kuliah, dapat kabar kalau aku keterima Undip. Sebenarnya aku juga eman dengan UKT yang udah dibayarkan di UM, tapi ternyata UKT di Undip pun sama persis jumlahnya, jadi mikirku ngga rugi-rugi amat. Selain itu pertimbangan mengenai akreditasi, Psikologi Undip saat itu masih B per tahun 2013 kalau ndak salah. Kemudian aku memproyeksikan kalau Psikologi Undip 5 tahun lagi setelah itu kemungkinan bisa dapat A.

Sempat menargetkan lulus atau sidang di bulan Januari, tapi ternyata ada aja tantangan buat ngerjain skripsi, jadi belum selesai.

Beberapa bilang, "kok cepet sih lulusnya". Sebenarnya ingin menjawab gini, "ini aja udah molor dari yang aku targetkan yaitu Januari". Tapi ngga boleh jawab kayak gitu, semua ini datangnya dari Allah. Gitu jawabnya.

Aku pernah bilang ke teman kalau rencana lulusku memang Januari, kalau lebih dari itu berarti ada sesuatu. Kalau digambarkan mungkin gini, semester 6 aku udah ambil mata kuliah Seminar Proposal. Nggak cuman aku ya, semua angkatan 2014 memang diproyeksikan bisa lulus 3,5 tahun karena semester 7 udah nggak ada mata kuliah wajib yang harus diambil. Sebenarnya aku juga nggak ngebet 3,5 tahun banget sih, waktu itu mikirnya, masa ada kesempatan 3,5 tahun ngga diambil, gak boleh loh menyia-nyiakan kesempatan. Seperti Safira, anak ITS, dia mengatakan kalau dia susah banget buat lulus 3,5 tahun dan dia memutuskan untuk lulus 4 tahun. Well, apakah mungkin ini penyebab kenapa aku ngga bisa lulus 3,5 tahun karena nggak terlalu yakin buat bisa. Tapi ndak juga sih, aku udah ngerencanain bimbingan dan step-step agar lulus, tapi mungkin aku baru bener-bener semangat, berkonsentrasi dan fokus ngerjain skripsi itu bulan Desember. Kalau nggak salah selama bulan November aku berhenti karena masa-masa transisi habis dari Riau. Apaan sih nggak nyambung. Terimakasih buat Dira yang udah mau bareng-bareng dan akhirnya bisa lulus bareng.

Selasa, 05 Juni 2018

Tersedih di Dunia Selama Ramadhan, Tidak Ikut Khataman

Hari ini tanggal 5 Juni 2018.

Sedari kemarin sudah diingatkan Okta (koordinator FIM Semarang) buat hadir pagi-pagi banget di kantor PGN. Ada acara buka bersama dengan anak yatim se-Kota Semarang.

Malamnya, aku bingung menentukan agenda mana yang aku pilih.

1. Bukber FIM, dimana aku jadi panitia sebagai pendamping 3 yayasan panti asuhan.
2. Bukber Pilar PKBI, dimana aku jadi relawan.
3. Acara Training of Trainer Hypnosis bersama Pak Hans.

Pada akhirnya aku izin acara nomor 3. Dan memprioritaskan acara nomor 1, karena aku benar-benar dibutuhkan dimana personelnya sedikit sekali. Kemudian acara 2 tetap aku usahakan.

Pada kenyataannya, acara nomor 2 tak bisa kususul. Sedih. Karena momen bersama relawan itu bermanfaat banget menurutku.

Setelah itu, aku menyempatkan hingga selesai evaluasi acara pada pukul 21.00 dan sampai rumah jam 21.30. Jauh. Jalan pemuda ke daerah Tembalang. Uniknya, aku ngeboncengin adik kelas yang berangkatnya pakai helm.

Sampai di rumah, aku membersihkan wajahku yang kotor. Leyeh-leyeh. Dan kemudian cek stories instagram. Dan ngeliat stories salah satu temen kos sedang update tentang khataman adek-adek TPQ di masjid terdekat. Masjid yang biasanya jadi tempat langganan jama'ah para penghuni kosan.

Ngeliat stories itu membuatku mencetuskan "hari tersedih di dunia".

Khataman adalah event tahunan. Tahun lalu aku gabisa hadir karena KKN. Dan ternyata di tahun terakhir di Semarang malah aku ngga datang.

Dan alasannya sepele, karena aku nggak tau informasi kalau khatamannya hari ini. Aku kira besok alias Rabu. Kebetulan besok Rabu akan ada Sabyan, trus kemarin aku ngajak anak kos buat datang ke Sabyan. Dan anak kosnya jawab, "loh malamnya kan ada khataman". Jadi aku menyimpulkan khatamannya tuh hari rabu. 

Dan sekarang rasanya tuh sakit banget. Sakit karena mikir ini bisa jadi adalah Ramadhan terakhir di Semarang. Huhuhu

Aku pas tau update an stories temanku tadi langsung bergegas ke masjid. Eh ternyata rombongan teman kos sudah di depan kos. Padahal aku udah lari, bahkan sampai foto diatas lemari sampai jatuh ke lantai gara-gara aku buru-buru banget buat ngaca.
Foto ini diambil oleh salah satu penghuni kos/rumah. Foto ini sekaligus jadi  kenang-kenangan sebelum masjidnya selesai direnovasi. Tersedih di Dunia Selama Ramadhan.

"Loh kan udah aku ingatkan di grup line, aku udah mention kalian (aku & isqina)."

Setelah itu aku naik ke kamar nulis kejadian ini supaya plong.

Line-ku pun aku ubah statusnya jadi OFF dan tanpa foto. Aku ndak ingin lagi aktif line sebenarnya karena di handphone Line itu udah lemot pas nge-loadnya. Plus, nggak muncul notifnya. Iya, OPPO NEO 7 emang gitu. Inayah, temanku, punya hape sama denganku juga mengeluhkan hal ini.


Sekarang meneteslah air mataku. Yang perlu diterima adalah memang aku tidak ditakdirkan untuk datang Khataman. Alhamdulillah diselamatkan selama perjalanan pulang jadi panitia, walau temanku ndak pakai helm. Hehehe

Senin, 04 Juni 2018

Kenapa Menyendiri itu Perlu Dilakukan?

Baru saja bulan lalu aku kalap membeli buku yang agak mahal. Pengen punya buat koleksi atau biar bisa dipinjem orang lain.

"Orang sukses telah mengembangkan kebiasaan melakukan hal-hal yang tidak suka dilakukan orang gagal. Mereka pun tidak suka melakukannya. Namun, rasa tidak suka mereka dianggap kurang penting dibandingkan kelebihan dari tujuan mereka." (Albert E.N Gray)

Quotes itu menjadi pembuka dari topik kali ini yang berjudul, "Cara Pikir Lambat VS Cara Pikir Cepat".

Pertanyaan yang muncul paling umum adalah "lah emang pikiran secara lambat itu penting dimiliki, bukannya malah akan disebut sebagai seseorang yang sok?"

Brian Tracy dalam bukunya yang berjudul Get Smart, dikatakan :

Salah satu cara yang paling efektif untuk bisa berpikir lambat adalah meluangkan waktu untuk menyendiri secara teratur. Banyak orang tidak pernah menyepi bahkan sekali saja seumur hidupnya. Mereka fokus dengan kebutuhan-kebutuhan yang banyak dan tak terpuaskan, sehingga selalu sibuk dan aktif.

Menyepi sebenarnya mudah saja. Tindakan ini mengharuskan kita meluangkan waktu minimal 30 menut sampai 60 menut untuk sendirian, dalam keheningan, tanpa musik atau gangguan, dan hanya duduk diam dengan tenang di alam terbuka, di sebuah teman, tempat yang hening.

Brian Tracy juga menyarankan situasi mental terbaik untuk menyendiri adalah "berpikir tentang air". Duduk dan menatap air, bahkan kolam renang, tampaknya bisa membuat pikiran kita relaks dan membuka kemmapuan bawah sadar dan suprasadar kita. 

Saat kita menghadapi satu masalah, kesulitan, rintangan, frustrasi, atau tantangan dalam hidup, kita perlu berdiam diri dan duduk dengan tenang. Dan saat itu juga, masalah yang besar tadi bisa berubah menjadi kupu-kupu yang sedang hinggap di bahu kita.

Murid Brian Tracy udah mengalami manfaat setelah melakukan sesi menyepi untuk mengatasi masalah yang membuat cemas dalam berminggu-minggu atau berbulan-bulan dapat dengan cepat terpecahkan.

Membebaskan Kekuatan yang Tersembunyi

Semakin kita sering berlatih menyepi, semakin lebih cepat, lebih baik, dan lebih menyeluruh jawaban dan ide yang kita peroleh dari sesi menyepi.

Dalam sebuah prinsip perencanaan waktu sering terdapat ungkapan, "Setiap menit yang digunakan dalam perencanaan akan menghemat 10 menit dalam pelaksanaan."

Ketika kita menjadi seorang public speaker dengan audiens yang baru pertama kali kita temui sangat memungkinkan kita mengalami nervous. Tangan gemetar. Banyak a-e-a-e alias terbata-bata. Jangan sampailah ya! Apalagi kalau kita udah dibayar secara profesional.Penting sekali kita memiliki kemampuan berpikir lambat dan tenang.

Minggu, 03 Juni 2018

Ramadhan Tahun Ini


Assalamu'alaikum semua.

Hai Rosa yang mungkin akan baca tulisan ini di tahun depan.

Ramadhan kali ini diisi dengan kekosongan agenda pasti. Semua agenda yang ada adalah agenda yang tidak dipastikan. Ramadhan tahun lalu setiap hari Jumat, Sabtu & Minggu selalu berangkat KKN. Masih kuliah juga tahun lalu. Untuk jadwal masak di rumah (kos) sudah berjalan.

Namun, ada rasa yang berbeda untuk Ramadhan kali ini. Yaitu kefokusan dalam beramal pun sudah berubah. Sekarang kalau masak benar-benar dihayati supaya nanti sudah berumah tangga sudah tidak bingung lagi. Kemudian, saat beribadah juga diakhir sholat selalu menyempatkan do'a untuk kebaikan di dunia dan akhirat. Iya, akhirat.

Jama'ah pun jauh lebih rajin daripada Ramadhan tahun lalu. Alhamdulillah. Mereka yang ada foto adalah orang-orang yang istiqomah jama'ah. Semoga Ujian mereka lancar semua. Aamiin. Gak nyangka Ramadhan kali ini mereka udah UAS aja. Artinya, sebentar lagi akan tiba semester ganjil. Mereka sibuk KKN di Bulan Agustus besok. Ada kalimat yang tercetus diantara kami, "Eh kita jangan terlalu dekat gini, nanti kalau kita udah pisah...pasti rasanya ada yang kurang."

"Kamu nggak sedihkah Ros, bulan depan kita udah pada KKN. Mungkin kebersamaan kita akan sangat jarang sekali."

Ya, time flies..kalian makin gede di Undip. Aku pun keluar Undip.

Dan pada Ramadhan ini aku melakukan 3 buah perjalanan,

Pertama, aku pergi ke Jogja sendirian. Sedih sih karena harus sendiri. Tapi, untungnya perjalanan ini emang perjalanan singkat. Hanya merasakan sahur dan buka sekali. Hal yang tidak menyangka adalah aku menginap di tempat Rory, lalu juga bertemu dengan Ibnu. Mereka berdua adalah anak B, beda kelas sama aku yang kelas E. Kok bisa ya aku deket sama orang yang dulu itu mungkin cuman senyum doang kalau di SMP 1 Kediri. Rory memang pernah melakukan perjalanan ke Semarang untuk kegiatan voluntering gitu. Aku udah mencoba menghubungi teman satu asrama di MAN 3 Malang dulu, eh nggak bales cobak. Yaudahlah, Rory menjadi penolongku.

Apa tujuanku ke Jogja? Mungkin aku akan kasih tau setelah ada kepastian saja.

Kedua, aku berkesempatan ikut kegiatan pesantren kilat cuman 3 hari di Jakarta. Bertempat di masjid nan megah di Jakarta Barat, yaitu KH. Hasyim Asy'ari. Alhamdulillah bisa beli tiket kereta. Dan bisa naik kereta favoritku yaitu Tawang Jaya, harganya sama seperti tahun-tahun lalu.

Ketiga, mudik. Aku sudah sangat kangen sekali dengan kemewahan dan keramahan rumah asliku. Sidoarjo! Sejak tahun baru 2018 belum sempat pulang ke rumah. Bukan karena sibuk. Selow malahan, tapi ya gitu ada aja agenda yang tidak pasti. Bimbingan lah....persiapan sidang lah.....pasca sidang musti revisi...daftar yudisium yang rumit...Wah alhamdulillah bisa tuntas menyelesaikan. Terakhir yang paling ditunggu-tunggu adalah yudisium. Berapa nilai skripsiku akan ketahuan. Ya Allah bantu aku supaya mampu menerima berapapun ketetapan-Mu ya Rabb.

Ohya Ramadhan kali ini dipenuhi pertanyaan Bukber, "Apa rencanamu setelah ini?"

Well, pertanyaan sensitif abad ini itu mah. Hahaha padahal jawabnya sederhana, "doanya ya..semoga bisa keterima S2". Dimana Ros? Doanya ya aku akan mendaftar di beberapa tempat. Tapi yang jelas, aku sangat berharap untuk bisa mendapatkan beasiswa.

Jadi Ramadhan kali ini disimpulkan, aku semakin menjadi sosok yang dewasa. Suatu kenikmatan yang besar. Hal sederhana adalah dalam mengontrol makanan yang masuk. Alhamdulillah sudah turun 4 kilo. Hehehe

Ohya tapi tetap ada tapinya, tidur setelah sahur. Wah ini gawat kalau terjadi pas zaman kuliah. Masa aku bangun dari sholat Shubuh jam 08.00, untuk belum punya pekerjaan pasti.

Target bulan-bulan ke depan, semoga bisa dapat tempat magang yang sesuai dengan aku buat ngisi waktu biar aku jadi orang bertanggung jawab.

Sekian cerita Ramadhan tahun ini.